Jumat, 08 April 2011

Sejarah Pemeliharaan Al-qur’an


Sejarah Pemeliharaan Al-qur’an

Pengertian Jam’ul Qur’an
Yang dimaksudkan dengan pengertian jam’ul Qur’an ( pengumpulan Al-Qur’an ) oleh para ulama adalah salah satu dari dua pengertian berikut ini:
Pertama : Pengumpulan dalam arti hifdzuhu ( menghafalnya dalam hati ). Inilah makna yang dimaksudkan dalam firman Allah kepada Nabi. Nabi senantiasa mengerakan-gerakan kedua bibir dan lidahnya untuk membaca Qur’an ketika turun kepadanya sebelum Jibril selesai membacakannya, karena ingin menghafalkannya.
لاَتُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ * إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْءَانَهُ * فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْءَانَهُ * ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ * - القيامة : 16-19 -
“ Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk membaca Qur’an karena hendak cepat-cepat menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (didadahmu) dan membuatmu pandai, membacanya. Apabila Kami telah selesai membacanya maka ikutilah bacaabnnya itu. Kemudian atas tanggungan kamilah penjelasannya (Q.S : Qiyamah : 16-19)
Kedua : Pengumpulan dalam arti kitabatuhu kullihi (Penulisan Qur’an semuanya) baik dengan memisah-misahkan ayat-ayatnya dan surat-suratnya, atau mentertibkan ayat-ayat semata dan setiap surat ditulis dalam satu lembaran secara terpisah, ataupun menertibkan ayat-ayat dan surat-suratnya dalam lembaran-lembaran yang terkumpul yang menghimpun semua surat, sebagiannya ditulis sesudah bagian yang lain.
Pada Masa Rasulullah
Al-qur’an pada masa Nabi Muhammad
Pada periode pertama sejarah Al-qur’an dinyatakan bahwa ayat-ayat yang diturunkan kepada Nabi selain beliau nsendiri yang menghafalkannya dengan baik juga dihafalkan dan dicatat oleh sahabat.
¨bÎ) $uZøŠn=tã ¼çmyè÷Hsd ¼çmtR#uäöè%ur ÇÊÐÈ  
17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
Mengumpulkan berarti memeliharanya didalam dadanya nabi dan mengumpulkan juga berarti menuliskannya ayat demi ayat menyusun surat demi surat hingga membentuk satu mushaf Al-quran. Semua adalah jaminan Allah kepada nabi muhammad jadi berarti allah sendirilah yang menjamin kemurnian Al-qur’an dan terpeliharanya AL-qur’an dengan baik semenjak turunya sampai hari ini dan insyaAllah sampai hari kiamat. Nabi sendiri aladah orang poertama yang menhafalkan Al-qur’an dan itu berarti beliau pertama kali mengumpulkan Al-qur’an dan memliharanya didalam ingatan beliau sekalip[un beliau tidak menulisnya. Para sahabat sepenuhnya mengikuti perintah Rasulullah apabila disuruh untuk menulis Alqur’an di pelepah korma, tulang-tulang dan sebagai.Kelompok pencatat Alqur;an ini banyak tapi 70 orang diantara nereka mati dikeroyok oleh musuh.

Dikalangan para ulama, termenilologi pengumpulan Al qur’an memiliki dua konotasi, yaitu konotasi penghafalan Al Qur’an dan konotasi penulisan Al qur’an.
1. Penghafalan Al qur’an
Nabi Saw adalah orang pertama yang menghfal Al qur’an. Tindakan Nabi Saw merupakan suri tauladan bagi para sahabatnya. Menurut imam Al Bukhori, para sahabat penghafal Al Qur’an antara lain : Abdullah bin Mas’ud, Salim bin Mi’qal, Mu’adz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Zaid bin Sakan, dan Abu Darda. Ada juga para sahabat perempuan yang hafal Al qur’an seperti Aisyah, Hafsah, Ummu Salah, dan Ummu Waraqa.

2. Penulisan Al qur’an

a. Masa Nabi Muhammad Saw.

Pada tahap ini penyandaran pada hafalan lebih banyak dari pada penulisan karena hafalan para sahabat sangat kuat dan cepat disamping sedikitnya orang yang bisa baca tulis dan sarananya. Oleh karena itu, siapa saja dari kalangan mereka yang mendengar satu ayat saja, dia akan langsung menghafalnya atau menulisnya dengan sarana seadanya, seperti pelepah kurma, potongan kulit, permukaan batu, atau tulang belulang.
Nabi Muhammad Saw. juga mempunyai beberapa sekertaris dalam penulisan Al Qur’an yang tugasnya khusus mencatat ayat Al Qur’an, antara lain : Abu Bakar, Ustman bin Affan, Umar bin Khattab, Ali bin Abi thalib, Zaid bin Tsabit, Abu Zaid bin Sakan, Khalid bin Walid, dan Muawiyyah.
Faktor pendorong penulisan Al qur’an ini yaitu :
·         Membukukan hafalan yang telah dilakukan oleh Nabi Saw dan para sahabat
·         Mempresentasikan wahyu dengan cara yang paling sempurna.
·         Pada masa Nabi Muhammad Saw ini Al Qur’an tidak di tulis pada satu tempat, dengan dua alasan yaitu :
·         Proses penurunan Al Qur’an masih berlanjut, sehingga ada kemungkinan ayat yang turun belakangan “menghapus” redaksi dan ketentuan hukum ayat yang sudah turun dahulu
·         Penyusunan ayat dan surat Al Qur’an tidak bertolak pada kronologisnya, tetapi pada keserasian ayat atau surat satu dengan yang lain.

Pengumpulan Al-Qur’an pada masa nabi dapat dibagi pada dua katagori :
Pertama : Pengumpulan dalam dada berupa penghafalan dan penghayatan/ ekpresi.
Al-Qur’an ditunkan kepada Rasulullah SAW, dimana beliau dikenal seorang yang ummi ( tidak dapat membaca dan menulis ), oleh karena beliau seorang yang menyukai wahyu, ia senantiasa menunggu turunnya wahyu dengan rasa rindu, lalu setiap yang turun lalu dihafal dan dipahaminya, persis seperti apa yang dijanjikan Allah SWT : sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya ( di dadahmu ), dan ( membuatmu pandai ), membacanya “. ( Al-qiyamah : 17 ).
Oleh karena itu beliau adalah orang yang hafal pertama dan merupakan contoh yang paling baik bagi para shahabat dan pengikutnya. Al-Qur’an diturunkan dalam proses selama dua puluh tahun kurang lebih, yang terkadang turunnya itu hanya satu ayat atau lebih bahkan sampai sepuluh ayat, atau tidak turun sama sekali. Dan setiap kali sebuah ayat turun, dihafal dalam dada dan ditempatkan dalam hati, sebab bangsa Arab secara kodrati memiliki kemampuan menghafal yang kuat. Hal itu karena pada umumnya mereka buta huruf, sehingga dalam penulisan berita-berita, syair-syair dan silsilah, mereka lakukan dengan menulis di dalam hati mereka.
Dalam kitab Shahihnya, Bukhari telah mengemukakan tentang adanya tujuh hafidz, melalui tiga riwayat. Mereka adalah Abdullah bin Mas’ud, Salim bin Ma’qal bekas seorang budak, Abu Huzaifah, muaz bin Jabal, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Sabit, Abu Zaid bin Sakan dan Abu Darda’.
Kedua : Pengumpulan berupa catatan, penulisan dalam kitab maupun berupa ukiran.
Rasulullah telah mengangkat para penulis wahyu Qur’an dari shahabat-shahabat terkemuka, seperti Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah, Ubai bin Ka’b dan Zaid bin Abi Thalib. Bila ayat turun, ia memerintahkan mereka menuliskan dan menunjukan tempat ayat tersebut dalam surat sehingga penulisan pada lembaran itu membantu menghafal di dalam hati. Dan tampa diperintahkan disamping itu mereka menulis ayat-ayat itu pada pelepah daun kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang-belulang binatang.
b. Masa khulafa’ur rasyidin

Masa Abu Bakar
Rasulullah berpulang ke Rahmatullah setelah beliau menyampaikan risalah dan amanah, mengajak umatnya kejalan yang lurus. Setelah belai wafat kekuasaan dipegang oleh Abu Bakar As-Siddiq ra. Pada masa pemerintahannya ia banyak malapetaka, berbagaimacam kesulitan dan problem yang rumit, diantaranya memerangagi orang-orang yang murtad, yang ada dikalangan orang islam itu sendiri, memerangi pengikut Musailamah Al-Kadzdzab
Pada dasarnya, seluruh Al Qur’an sudah ditulis pada masa Nabi Saw. Hanya saja, surat dan ayatnya masih terpencar-pencar. Pada zaman Abu Bakar tahun 12 H penyebab pengumpulannya adalah pada perang Yamamah banyak dari kalangan para penghafal Al qur’an yang terbunuh.
Maka abu bakar memerintahkan untuk mengumpulkan Al qur’an agar tidak hilang. Dalam kitab sahih Bukhori disebutkan bahwa, Umar bin Khattob mengemukakan pandangan tersebut kepada Abu Bakar setelah selesainya perang Yamamah. Abu Bakar tidak mau melakukannya karena takut dosa, sehingga Umar terus menerus mengemukakan pandangannya sampai Allah Swt membukakan pintu hati Abu Bakar untuk hal itu, dia lalu memanggil Za’id bin Tsabit. Abu bakar mengatakan pada Za’id : “Sesungguhnya engkau adalah seorang yang masih muda dan berakal cemerlang, kami tidak meragukanmu, engkau dulu pernah menulis wahyu untuk Rasulullah, maka sekarang carilah Al Qur’an dan kumpulkanlah!”. Za’id berkata : “maka aku pun mencari dan mengumpulakan dari pelepah kurma, permukaan batu, dan dari hafalan orang-orang”. Mushaf tersebut berada ditangan Abu Bakar hingga dia wafat, kemudian dipegang oleh Umar hingga wafatnya, dan kemudian dipegang oleh Hafsah binti umar. Diriwayatkan oleh Bukhori secara panjang lebar.
Sampai Ali bin Abi Thalib mengatakan : “orang yang paling besar pahalanya pada mushaf Al Qur’an adalah Abu Bakar, semoga allah Swt memberi rahamat kepada abu bakar karena dia lah orang yang paling pertama kali mengumpulkan kitab allah Swt.



Kenapa Al-Qur’an tidak dibukukan dalam satu mushhaf
Disini kami bertanya : " Kenapa Al-Qur'an pada masa Nabi SAW tidak dibukukan dalam satu mushhaf ? jawabnya :
Pertama : Al-Qur'an tidak diturunkan tidak sekaligus, tetapi berangsur-angsur dan terpisah-pisah, tidaklah mungkin untuk membukukan sebelum keseluruhan selesai.
Kedua : Sebagian ayat yang dimansukh, bila turun ayat yang menyatakan nasakh, maka bagaimana mungkin bis dibukukan dalam satu waktu.
Ketiga : Susunan ayat dan surat tidaklah berdasarkan urutan turunnya. Sebagian ayat ada yang turunnya pada saat terakhir wahyu tetapi urutannya diempatkan diawal surat, yang demikian tentunya menghendaki perubahan susunan tulisan.
Keempat : Masa turunnya wahyu terakir dengan wafatnya Rasulullah SAW adalah sangat dekat/ pendek. Sebagaimana terdahulu tetang Nuzul Al-Qur'an, ayat terakhir Al-Baqarah : 281, disebutkan :
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللهِ ... َ
Kemudian Rasulullah berpulang ke Rahmatullah setelah sembilan hari dari turunnya ayat tersebut. Dengan demikian masa turun waktu yang sangat singkat yang tidak memungkinkan untuk menyusun atau membukukan sebelum sempurna turunnya wahyu.
Kelima : Tidak ada motivasi yang mendorong untuk mengumpulkan Al-Qur'an menjadi satu mushhaf sebagaimana yang timbul pada masa Abu Bakar. Orang-orang Islam pada saat itu dalam kondidi yang normal, ahli Al-qur'an begitu banyak, fitnah-fitnah banyak diatasi.

Masa Utsman bin Affan
Pada zaman Utsman bin Affan pada tahun 25 H. Sebabnya adalah perbedaan kaum muslimin pada dialeg bacaan Al Qur’an sesuai dengan perbedaan mushaf-mushaf yang berada di tangan para sahabat. Hal itu dikhawatirkan akan menjadi fitnah, maka Utsman memerintahkan untuk mengumpulkan mushaf-mushaf tersebut menjadi satu mushaf sehingga kaum muslimin tidak berbeda bacaannya kemudian bertengkar pada Kitab Allah dan akhirnya terpecah belah.
Dalam Kitab Sahih Bukhori disebutkan, bahwa Hudzaifah bin Yaman datang menghadap Utsman bin Affan dari perang pembebasan Armenia dan Azerbaijan. Dia khawatir melihat perbedaan mereka pada dialeg bacaan Al Qur’an, dia katakan “Wahai amirul mu’minin, selamatkan lah umat ini sebelum mereka berpecah belah pada Kitab Allah Swt seperti perpecahan kaum yahudi dan nasrani!”. Utsman lalu mengutus seseorang kepada Hafsah “kirimkan pada kami mushaf yang engkau pegang agar kami menggantikan mushaf-mushaf yang ada dengannya kemudian akan kami kembalikan kepadamu.” Hafsah lalu mengirimkan mushaf tersebut.
Kemudian ustman memerintahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits untuk menuliskannya kembali dan memperbanyaknya. Dari mushaf-mushaf tersebut satu salinan disimpan di Madinah dan yang lain dikirimkan di berbagai pusat islam seperti kota Kuffah, Bashroh, Damaskus, dan Mekkah. Sebelumnya utsman memeinta kepada ‘aisyah untuk menyerahkan suhuf yang ada padanya untuk dijadikan pembanding antara mushaf yang ada pada hasfah.
Setelah semua Alqur’an terkumpul dan telah disebarkan kepada kaum muslimin yang jauh dari madinah kemudian utsman menyuruh untuk memusnahkan mushaf yang berlainan dengan mushaf yang telah ditulis oleh zaid, dalam riwayat dikatakan bahwa Ali pernah berkata “jika utsman tidak melakukan hal demikian (memusnahkan mushaf yang lain) maka sesungguhnya aku akan melakukannya.
Untuk memelihara mushaf yang dikirim tersebut utsman menyertakannya dengan guru-guru yang sudah siap untuk mengajarkan hal-hal yang belum diketahui oleh umat islam lain yang jauh dari madinah, diantara mereka adalah Abdullah bin as-Saib ke makkah, al mughirah bin shihab ke suriah, amr bin abi qaish ke basrah dan Abdurrahman as-Sulami ke kufah.

Penyempurnaan Penulisan Al Qur’an setelah masa Khalifah
Mushaf ditulis atas perintah Ustman tidak memiliki harakat dan tanda titik sehingga dapat dibaca dengan salah satu qira’at yang tujuh. Ketika banyak orang non arab yang memelu islam, mereka kesulitan membaca mushaf tersebut.
Penyempurnaan tersebut antara lain yaitu :
Ubaidillah bin Ziyad dan Hajjaj bin Yusuf memerintakan seorang lelaki Persia untuk meletakkan alif sebagai pengganti dari huruf yang dibuang. Misalnya (اقلَتْ) di ganti menjadi (قَالَتْ), dan sebagainya.
Abu Al Aswad, Yahya bin Ya’mar, dan Nasr bin Ashim sebagai orang pertama kali yang meletakkan tanda titik pada mushaf usmani
Al Khalil bin Ahmad adalah orang yang pertama kali meletakkan tanda hamzah, tasydid, ar-raum, al-isymam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar